KAIZEN dan Problem Solving

KAIZEN menyadari bahwa improvement itu berawal dari adanya masalah. Berarti bila ada masalah berarti ada potensi untuk improvement . Dengan demikian manajemen dan seluruh unsur perusahaan harus memiliki kepekaan untuk dapat mengidentifikasi masalah. Selanjutnya masalah dinyatakan secara kuantitatif atau dikenal dengan istilah warusa kagen. Karena pemecahan akan realistis dan tepat sasaran pada saat menggunakan angka yang objektif.

Permasalahan krusial dalam perusahaan adalah antar fungsi yang oleh orang barat dianggap sebagai konflik. Untuk masalah tersebut, KAIZEN telah menanamkan karyawannya kepekaan terhadap masalah tersebut  dengan melakukan koordinsi dengan bagian-bagian yang berbeda dan hal ini menajdi tugas rutin seorang pimpinan.

Dalam bidang produksi, seringkali timbul masalah dalam area abu-abu, yaitu peralihan antara satu proses kepada proses berikutnya. Maka KAIZEN menanamkan kepada karyawan bahwa karyawan pada bagian berikutnya merupakan “pelanggan” yang harus dipuaskan. Kemudian siapa saja bagian yang didekatnya berkewajiban untuk memperhatikan daerah abu-abu tersebut. Pengambilan tugas daerah abu-abu secara umum dianggap sebagai “pencurian tugas”, namun dalam KAIZEN dianggap sebagai sumbangan kemanusiaan yang positif untuk penyempurnaan kepentingan bersama.

Masalah berikutnya adalah mengenai hubungan manajemen – karyawan, Seringkali terjadi gap karena masing-masing menjaga jarak. Maka KAIZEN mengembangkan komunikasi yang harmonis antara keduanya. Bersama GKM (QCC) melakukan berbagai program meningkatkan komunikasi manajemen dengan karyawan bersama keluarganya, seperti untuk anggota keluarga, memberi tau aktivitas perusahaan kepada keluarga, rencana perusahaan untuk karyawan, penghargaan (reward) kepada yang berprestasi.

Tidak ada komentar: