Khadijah, Seorang Wanita yang Alim

Ngaji Bareng Syaikhina Maimoen Zubair - Oleh : M Ardan Zajjaj

Khadijah, Seorang Wanita yang Alim

Bangsa arab dikenal sebagai bangsa yang buta huruf, tidak pandai baca dan tulis. Akan tetapi, di kalangan suku Qurays pada waktu itu terdapat seorang wanita bernama Khadijah, ia pintar membaca, ia bisa membaca kitab Taurat dan Injil bahkan ia juga tekun mengkaji dan menelusuri makna-makna di dalam kedua kitab tersebut. Sehingga ketika ia berusia dewasa antara 27 dan 28 tahun hatinya menjadi gandrung dengan kitab Taurat, Injil dan sifat-sifat Nabi akhir zaman.

Khadijah mempunyai seorang guru yang bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah seorang alim yang menunggu kedatangan Nabi akhir zaman. Di dalam sejarah diterangkan bahwa seluruh penduduk mekkah adalah penduduk yang buta huruf tetapi tidak ada orang yang cerdik, pandai dan pintar dalam kitab-kitab kuno seperti Waraqah bin naufal yang memiliki murid bernama Khadijah.

Ketika khadijah berusia 28 tahun Waraqah bin Naufal pernah menyatakan kepadanya bahwa seakan-akan Nabi akhir zaman itu sudah lahir. Kemudian Khadijah berkata :

والله يا إبن عمّي ما أتزوّج أبدا حتّي تزوّجني نبيّ هذه الأمّة

Artinya : “Demi Allah, aku tidak akan menikah selamanya sehingga yang menikahiku adalah Nabi akhir zaman”.

Ketika berumur 30 tahun Khadijah berdagang. Ia mulai mengetahui bahwa ciri-ciri Nabi akhir zaman itu terdapat di dalam diri Muhammad yang berasal dari keluarga Bani Hasyim dan Bani Mutthalib. Akan tetapi Khadijah merasa ada yang masih belum pas dengan ciri-ciri tersebut karena menurutnya belum ada kesinambungan antara Muhammad dan Nabi-nabi sebelumnya.

Sepengetahuan Khadijah di dalam kitab Taurat dan Injil seorang Nabi setelah Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa itu pasti pernah melewati daerah Turisina, inilah menurut Khadijah yang disebut sebuah kesinambungan. Tetapi, Muhammad yang ia tunggu-tunggu sebagai seorang Nabi akhir zaman itu belum pernah melintasi Turisina. Akhirnya, Khadijah pun menunggu momen tersebut hingga di usianya yang ke 35 banyak laki-laki yang meminangnya tapi ia menolak.

Tidak disangka-sangka, ketika Muhammad berusia 25 tahun beliau ingin berdagang ke kota Syam. beliau menghampiri Khadijah untuk menjalin kesepakatan dagang. Ketika itu Khadijah berusia 40 tahun, kemudian dalam dirinya Khadijah berkata bahwa Muhammad benar-benar seorang Nabi, karena seseorang yang pergi dari Mekkah menuju Syam itu pasti akan melalui daerah Turisina.

Khadijah menjalin kesepakatan dengan Muhammad, akad apakah perdagangan ini, apakah akad peminjaman uang atau akad syirkah dagang. Kemudian Khadijah meluruskan bahwa akad tersebut hendaknya disepakati sebagai akad syirkah dagang saja, hal ini ia lakukan agar ia bisa mengawasi perjalanan Muhammad. Tapi Khadijah sadar bahwa ia tidak bisa mengikuti rihlah dagang Muhammad ke kota Syam karena ia seorang wanita. Ia pun mengutus seorang laki-laki kepercayaanya bernama Maisarah untuk menemani Muhammad dan ia juga berpesan kepada Maisarah agar mencatat seluruh perjalananya dengan Muhammad.

Maisarah mencatat semuanya, mulai dari adanya awan yang selalu mengikuti Muhammad dan melindungi beliau dari panas matahari sampai pada hal terbesar yang terjadi ketika ia dan Muhammad berada di kota Busra, tepatnya di Gereja Batu. Gereja yang dihuni oleh seorang pendeta bernama Nestur.

Pada waktu itu pendeta Nestur melihat dua orang laki-laki yang singgah di depan gerejanya. Ia mengamatinya dan ia tersadar bahwasanya salah satu diantaranya adalah cikal bakal seorang Nabi akhir zaman setelah ia melihat tanda merah-merah di mata Muhammad. Pendeta Nestur pun mengingatkan Maisarah untuk berhati-hati karena orang yang berdagang bersamanya itu adalah seorang cikal bakal Nabi akhir zaman karena terdapat tanda merah-merah di matanya.

Sepulangnya dari Syam Maisarah menceritakan kejadian yang ia alami kepada Khadijah. Tapi, tanpa laporan dari Maisarahpun sebenarnya dalam hati Khadijah sudah yakin bahwa Muhammad adalah seorang Nabi karena ia telah melewati daerah Turisina.

Setelah itu Khadijah melamar Muhammad, yang pada waktu itu merupakan sebuah pemandangan langka di dataran arab, seorang wanita melamar laki-laki. Pernikahan tersebut berlangsung dengan mahar sebanyak 100 onta. Allah Swt berfirman,

والّذي أوحينا إليك من الكتاب هو الحقّ مصدّقا لما بين يديه

Artinya : Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Kitab (Al-Quran) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab sebelumnya.

Perkara yang diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad itu adalah perkara haq yang bisa dibuktikan sesuai dengan kabar-kabar yang ada di dalam kitab-kitab sebelumnya, dan Khadijah adalah seorang wanita yang mengetahui hal itu semua, sebuah bukti bahwa Khadijah adalah seorang wanita yang sangat alim.

Oleh karena itu, Khadijah merupakan pusat dan pokok dalam keimanan. Siapa saja yang beriman tidak lepas dari orang-orang yang berada di bawah genggaman Khadijah. Abu Bakar beriman karena beliau adalah orang terdekat sekaligus sekretaris Khadijah. Nabi Muhammad pernah berkata, “Wahai Abu Bakar, aku adalah kau, kau adalah aku”. Nabi berkata demikian karena beliau dan Abu Bakar sama-sama dekat dengan Khadijah. Ali bin Abi Thalib dan Zaid beriman karena mereka berdua adalah anak angkat Khadijah. Bahkan, Bilal bin Rabbah ketika dibebaskan oleh Abu Bakar uang yang digunakan juga tidak luput dari uang Khadijah.

Artikel ini disarikan dari ceramah KH. Maimoen Zubair di Muryolobo, Nalumsari, Jepara tanggal 31 Agustus 2012.

Sumber : http://ppalanwar.com/index.php/news/845/15/Khadijah-Seorang-Wanita-yang-Alim.html

Fenomena Arab Menjadi Barat, Indonesia Menjadi Arab

Salah satu gejala, fenomena, dan pemandangan menarik, unik, sekaligus lucu dewasa ini adalah tentang perkembangan "Islam Arab" dan maraknya kaum Muslim "fans Arab" di Indonesia yang dibungkus dengan istilah atau slogan "nyunah Nabi" sementara masyarakat Arab sendiri bergerak "menuju Barat". Saya mengamati fenomena perkembangan perubahan ekonomi-sosial-budaya ini tidak hanya di kawasan Arab Teluk seperti Saudi, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Oman tetapi juga Yordania dan Lebanon. Globalisasi, modernisasi, teknologisasi, dan industrialisasi yang menyerbu kawasan ini sejak beberapa dekade lalu telah menimbulkan perubahan dramatis pada perilaku masyarakat dan perubahan sosial tadi.

Ada sejumlah indikator dan fakta yang bisa dipakai untuk mengukur ini. Misalnya tentang menjamurnya industri restoran makanan cepat saji ala Amrik (Pizza, McD dlsb) yang mengeruk keuntungan trilyunan rupiah setiap tahunnya seperti pernah saya sebutkan sebelumnya. "McDonaldisasi" telah mewabah di kawasan Arab dan masyarakat menyambutnya dengan riang-gembira. Tidak ada yang kampanye "boikot produk Barat" karena milik "orang2 kapir" Kristen-Yahudi misalnya. Hanya segelintir ekstrimis sakit jiwa saja yang kadang melakukannya. Selebihnya, masyarakat Arab--tua-muda-anak, laki-laki-perempuan, bujang atau sudah berkeluarga--ramai-ramai rela mengantri "uyel-uyelan" di warung2 fast foods ini.

Bukan hanya industri retoran fast foods saja yang mewabah, "industri kecantikan", "industri pakaian", "industri otomotif", "industri telekomonikasi" dan industri2 ala Barat lainnya juga ikut menjamur. Saya sering bilang, dalam hal berpakaian misalnya, generasi muda lebih memilih "busana ala Barat" yang lebih simpel & kasual. Kaum perempuannya juga sama. Meskipun luarnya memakai abaya, di balik abaya itu mereka mengenakan jeans, kaos, training dlsb. Bagi masyarakat Arab, abaya hanya semacam "jaket" atau "bungkus luar" saja.

Hal lain yang menarik adalah perkembangan pesat Bahasa Inggris yang pelan-pelan menggerus eksistensi Bahasa Arab yang dianggap kurang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Bahasa Inggris juga menjadi "bahasa elit" karena banyaknya industri2 besar dan trans-nasional selain sekolah2/kampus2 yg meniru model Barat. Bukan hanya itu, anak2 & remaja juga menggemari Bahasa Inggris karena banyaknya game2 yang menggunakan "bahasa Londo" ini. Kekhawatiran tentang "teknologi membunuh Bahasa Arab" ini direspons oleh Syaikha Moza, Kepala Qatar Foundation for Education, Science, and Community Development, dengan menggalang pembentukan "Forum Renaisans Bahasa Arab".

Arab Menjadi Barat, Indonesia Menjadi Arab (2)

Sebuah simposium akbar tentang pentingnya menjaga dan merawat Bahasa Arab digelar di Qatar, tetangga Saudi. Simposium ini diselenggarakan oleh "Forum Kebangkitan Bahasa Arab" dan disponsori oleh World Organization for Renaissance of Arabic Language (WORAL) dan Qatar Foundation. Forum ini melibatkan lebih dari 300 peneliti dan tokoh dari berbagai kalangan dan latar belakang keilmuan: pendidik, jurnalis, birokrat, pengusaha, dlsb. Ketua Dewan Penasehat WORAL Abdul Aziz bin Abdullah Al-Subaie menekankan tentang pentingnya pendidikan Bahasa Arab bagi anak-anak. Sementara Syaikha Moza Binti Nasser, Kepala Qatar Foundation for Education, Science and Community Development meminta semua pihak untuk bersatu menggalakkan, mengembangkan, dan memasyarakatkan Bahasa Arab standar agar tidak punah di kemudian hari. Syaikha Moza juga menegaskan bahwa punahnya bahasa berarti lenyapnya identitas sebuah bangsa.

Dunia Arab dewasa ini memang sedang dihadapkan pada persoalan pelik dan ancaman punahnya Bahasa Arab standar dan Bahasa Arab klasik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan "terpuruknya" Bahasa Arab standar ini. Pertama, masyarakat Arab kontemporer lebih menyukai "Bahasa Arab gaul" atau bahasa/dialek colloquial (ammiyah), yakni Bahasa Arab informal yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, ketimbang Bahasa Arab standar yang baku. Penggunaan "Bahasa Arab gaul" ini tidak hanya dalam komunikasi sehari-hari tetapi juga di media, sekolah2, televisi dlsb. Maraknya penggunaan Bahasa Arab gaul ini menyebabkan Bahasa Arab standar dan baku yang sesuai dengan kaedah tata-bahasa (nahwu-sharaf) menjadi terasing dan termarjilankan.

Jika Bahasa Arab standar modern saja tergerus dari masyarakat apalagi Bahasa Arab klasik atau fushah yang digunakan dalam Al-Qur'an, teks-teks / kitab klasik keislaman, berbagai ibadah atau ritual keagamaan, syi'ir dlsb. Bahasa Arab fushah ini semakin langka dan "antik" dan nyaris tidak pernah dipakai dalam literatur keilmuan apalagi dalam kehidupan sehari-hari sehingga macet dan terancam tenggelam terkubur dalam limbo sejarah, dan penguburnya adalah masyarakat Arab sendiri. "Murid senior" saya dari Madinah, Ali Muhammad Al-Harbi bahkan mengatakan masyarakat Arab modern (selain "komunitas literati" dan "kaum agamawan" tentunya)--apalagi anak-anak, remaja, dan pemuda--bahkan banyak yang tidak paham dengan Bahasa Arab fushah ini. Sambil berkelakar ia mengatakan, "Bahasa Arab fushah ini seperti 'bahasa mahluk alien' saja sekarang ini yang semakin hari semakin asing, klasik, dan antik..."

Arab Menjadi Barat, Indonesia Menjadi Arab (3)

Selain masyarakat Arab kontemporer lebih suka menggunakan Bahasa Arab gaul atau "bahasa / dialek colloquial", faktor lain yang menyebabkan merosotnya Bahasa Arab standar dan Bahasa Arab klasik (fushah) adalah berkembangnya Bahasa Inggris sebagai "bahasa elit dan bisnis" di kawasan Arab Teluk. Di sejumlah "negara Arab" seperti Lebanon atau Maroko bahkan Bahasa Perancis masuk daftar "bahasa elit". Sejak beberapa dekade silam, Bahasa Inggris memang telah menjelma menjadi bahasa lingua franca kedua di "dunia Arab" khususnya Arab Teluk.

Ada beberapa faktor yang turut memberi kontribusi terhadap pesatnya penggunaan dan perkembangan "Bahasa Londo" ini. Pertama adalah berjibunnya kaum non-Arab migran, khususnya dari India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Filipina, Thailand, sejumlah negara di Eropa dan Afrika, juga Indonesia. Sangking banyaknya bahkan kaum migran ini menjadi mayoritas dan dominan di sejumlah negara seperti Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, atau Oman. Di Saudi, 30% penduduknya juga migran.

Sudah bukan asing lagi jika kita "keluyuran" ke kawasan Arab Teluk, wabil khusus negara2 yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council, kita akan dengan mudah mendapatkan Bahasa Inggris berdampingan dengan Bahasa Arab: di toko2, mall, kantor, sekolah, jalan, rumah sakit / klinik, tempat ibadah, papan iklan, dlsb. Pelayanan publik atau transaksi jual-beli juga sudah biasa menggunakan salah satu dari dua bahasa ini.

Dalam batas tertentu, kedudukan Bahasa Inggris bahkan "lebih terhormat" dan "lebih elit" sebagai simbol "kelas menengah-terdidik" atau "ekspat profesional" bukan "pekerja kasar" (buruh, sopir, pembantu, dlsb). Karena Bahasa Inggris adalah "bahasa bule" dan "warga bule" disini adalah simbol kelas terdidik, kaum profesional, wong gede, orang maju dan berperadaban dan seterusnya (kontras dengan warga non-bule), maka status Bahasa Inggris pun ikut2an naik dan "terhormat."

Ada asumsi bahwa "pekerja kasar" kaum migran tidak bisa berbahasa Inggris. Mereka hanya menggunakan "Bahasa Arab pasaran" dalam berkomunikasi dan bertransaksi--sesuatu yang "sudah lumrah dan jamak" bukan "spesial". Karena Bahasa Inggris menduduki "tempat atau maqam mulia", ada semacam "tips", khususnya bagi perempuan, jika mereka menggunakan Bahasa Inggris dalam berkomunikasi dan bertransaksi jual-beli di tempat2 publik seperti pasar atau mall, maka kaum lelaki, khususnya yang "berhidung belang" baik Arab maupun bukan akan lebih respek dan tidak berani menggodanya...

Arab Menjadi Barat, Indonesia Menjadi Arab (4)

Orang-orang modern Arab secara umum sangat "terbuai" dengan kebudayaan material Barat. Meskipun sebagian dari mereka mengkritik sejumlah "kebudayaan imaterial" Barat tetapi mereka pada umumnya menganggap Barat sebagai simbol kemajuan dan kemodernan. Itulah sebabnya mereka menyukai produk2 teknologi Barat. Berbagai industri Barat--dari segala bidang: perhotelan, restauran, pakaian, otomotif, telekomunikasi, perbankkan, kecantikan, dlsb--berkembang pesat disini.

Datanglah ke negara-negara di kawasan Arab Teluk, anda mungkin akan bertanya-tanya: "Mana Arabnya?". Image Arab sebagai area terbelakang musnah. Bayangan Arab sebagai "gurun pasir" hilang. Padang pasir telah disulap menjadi area industri dan perkantoran, teluk & pantai disulap menjadi tempat wisata atau turisme yang aduhai, onta-onta digantikan dengan mobil2 mewah produksi Amerika & Eropa. Bahrain menjelma bak Hawaii, Dubai Emirat Arab menjadi Los Angeles, Riyadh sudah seperti New York, Doha Qatar ibarat London. Lebanon? Ah sudahlah, "tidak ada Arabnya" sama sekali di negara ini karena sudah menjadi "Eropa mini".

Berbagai universitas di Eropa dan Amerika juga berkembang-biak di kawasan ini: Georgetown, Carnegie Mellon, Virginia Commonwealth University, Texas A&M, Weill Cornell Medical College, New York University, American University, dlsb. Saya dengar almamaterku, Boston University, juga membuka cabang di Uni Emirat Arab. Banyak universitas di kawasan ini, termasuk kampusku sekarang, yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar dalam mengajar dan riset. Bukan hanya universitas, sekolah-sekolah dasar dari SD-SMU yang berbahasa Inggris juga membludak bak cendawan di musim hujan dengan biaya yg cukup fantastis.

Singkat cerita, di saat sebagian kaum Muslim di Indonesia sedang gencar menggalakkan Bahasa Arab, masyarakat Arab modern saat ini sedang gandrung dengan Bahasa Inggris sebagai "bahasa elit" karena dianggap sebagai bahasa "orang-orang elit": bule.

Dari tulisan :
Sumanto Al Qurtuby, Dosen Antropologi di King Fahd University Arab Saudi

Sumber :muslimedianews.com

Sedekah itu bukan berdagang, berharap untung yang lebih besar

Bagus nih uraian Cak Nun soal sedekah, menyindir si Motivator Sedekah...

"MASUK SURGA ITU NGGAK PENTING..!"
[Think Different Ala Cak Nun]

INGAT : Tulisan ini khusus untuk para GENTHO (begundal), mereka yang sedang berproses mencari kebenaran Tuhan.
Yang mengaku Alim atau ahli ibadah atau Ustad minggir dulu, nanti dulu, jangan Komen.
Jangan berharap ada dalil-dalil dari Syekh Zulkifli Jabal Syueb Sanusi (embuh sopo kui? - Gak tau siapa Itu ?). Monggo.

BEBERAPA tahun belakangan marak 'SEDEKAH AJAIB' yang sering digiatkan oleh itu, Si Ustad 'nganu'. Cak Nun hanya mengingatkan, "SEDEKAH itu dalam rangka BERSYUKUR, berbagi rejeki & kebahagiaan, BUKAN dalam rangka MENCARI REJEKI. Ingat itu!
Kalau Anda mengharapkan kembalian berlipat-lipat dari sedekah, itu bukan sedekah, tapi dagang! Paham?"

Beliau tidak mengecam juga, lha wong taraf imannya masih segitu kok.
Kalau menyedekahkan uang, sepeda motor, mobil, rumah, helikopter atau apa pun, ya wis, kasihkan saja, titik! Setelah itu Jangan Berharap Apa-apa. Walau kita yakin akan dibalas dengan berlipat ganda, tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah, melainkan sekedar jual beli. Sedekahnya sudah bagus, tapi janji Tuhan jangan pernah dijanjikan oleh manusia, nggak boleh!

Banyak orang beribadah yang masih salah niat gara-gara manut omongan si motivator sedekah. Naik haji/umroh biar dagangannya lebih laris. Sholat Duha biar diterima jadi PNS, biar duit banyak, biar jadi milyarder biar dihormati orang. Ibadah itu dalam rangka bersyukur, titik! Menangislah pada Tuhan tapi bukan berarti jadi cengeng. Nabi dalam sholatnya menangis, tapi sebenarnya itu adalah menangisi. Beda antara menangis dan menangisi. Kalau menangis itu kecenderungan untuk dirinya sendiri, tapi kalau menangisi itu untuk selain dirinya : orangtua, anak, istri, kakek, nenek, saudara, sahabat dan seterusnya.

Ada seorang pedagang miskin yang dagangannya nggak laku, dia sabar dan ikhlas : "kalau memang saya pantasnya miskin, dagangan saya nggak laku, saya ikhlas, manut ae, yang penting Tuhan ridho sama saya." Malah keikhlasan seperti ini yang langsung dijawab oleh Tuhan dengan rejeki berlimpah yang tak disangka-sangka datangnya.

Tapi kalau kita yang ditimpa sial, dagangan nggak laku, biasanya langsung mewek : "Ya Tuhan kenapa saya kok mlarat, miskin, dagangan gak laku, gak bisa beli montor, gak bisa beli mobil, aku salah apa sih..!???" Waaahh..., malaikat langsung gregeten, nampar mukamu : "Oalaaaaah.., cengeng byanget kamu ya...!!!"

Iman seseorang memang tidak bisa distandarisasi. Tiap orang mempunyai kapasitas iman yang berbeda.
Makanya kalau jadi imam harus paham makmumnya. Makmumnya koboi tapi bacaan imamnya panjang-panjang disamakan dengan anak pesantren. Akhire makmumnya di belakang nggerundel, gak ihklas.

Cak Nun mengingatkan, usahakan berbuat baik jangan sampai orang tahu. Kalau bisa jangan sampai orang tahu kalau kita sholat. Lebih ekstrim lagi, jangan sampai Tuhan tahu kalau kita sholat (walau itu nggak mungkin). Pokoknya lakukan saja apa yang diperintahkan dan jauhi yang dilarang-Nya, titik! Itu adalah sebuah bentuk keikhlasan, tanpa pamrih yang luar biasa. Sudah suwung, sudah nggak perduli dengan iming-iming imbalan pahala, yang penting Tuhan ridho, nggak marah pd kita.

Motong rambut atau kuku nggak harus nunggu hari Jum'at. Lha wong paling pingin ML aja kok ya harus nunggu malam Jum'at, Ni gimana sih? Itulah kita, tarafnya masih kemaruk (serakah) pahala. Nggak ada pahala, nggak ibadah. Ini jangan diartikan meremehkan Sunnah Rosul. Pikir sendiri!

"Surga itu nggak penting..!" kata Cak Nun suatu kali. Tuhan memberi bias yang bernama surga dan neraka. Tapi kebanyakan manusia hanya kepincut pada surga. Akhirnya mereka beribadah tidak fokus kepada Tuhan. Kebanyakan kita beribadah karena ingin surga dan takut pada neraka. Kelak kalau kita berada di surga, bakalan dicueki oleh Tuhan. Karena dulu sewaktu di dunia cuma mencari surga, nggak pernah mencari Tuhan. Kalau kita mencari surga belum tentu mendapatkan Tuhan. Tapi kalau kita mencari Tuhan otomatis mendapatkan surga. Kalau nggak dikasih surga, terus kita kost dimana???

"Cukup sudah, jangan nambah file di kepalamu tentang surga dan neraka. Fokuskan dirimu hanya pada Tuhan. Karena sebenarnya orang yang berada di surga adalah orang yang mencari Tuhan. Dzat yang sangat layak dicintai di atas segala makhluk dan alam semesta..." kata Cak Nun

Kusimpan sendiri

BILA KUTITIPKAN - GUS MUS (KH. MUSTHOFA BISRI)

BILA KUTITIPKAN

Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung

Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai

Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang

Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi

Kan kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku

Kusimpan sendiri badai resahku
Dalam angin desahku

Kusimpan sendiri gelombang geramku
Dalam laut pahamku

Kusimpan sendiri.

Cerita dan nyata

Saat ini, dunia itu nyata dan akhirat hanya cerita....

Tapi nanti, akhirat itu nyata dan dunia hanya cerita....

Yah, itulah gambaran soal keabadian, dalam keyakinan Saya, bahwa kelak akan ada dunia setelah mati, yaitu akhirat dimana kita akan hidup kekal selamanya di sana

Nah, siapa yang mau sendirian di sana tanpa ditemani oleh orang orang tersayangnya? Pasti semua mau ditemani oleh istrinya, anak anak nya dan orang tersayangnya

Dan ini bicara soal keinginan, Saya menginginkannya mendampingi di sana kelak. Nah, gimana caranya kalau masih seperti ini kondisinya? Ya kita hanya berharap dan berkeinginan supaya kelak dia akan berubah, kelak dia akan tau apa yang Saya mau, bukan hanya soal gaya gayaan untuk sesaat ini aja, tapi lihatlah tujuan akhirnya. Berfikir untuk kelak, bukan sekarang

Apa mungkin kita akan bertemu di suatu stasiun kalau Saya naik bis sementara kamu naik pesawat. Pastilah akan sulit bertemu

Atau gini, kamu Saya tunggu Kamu di stasiun itu gimanapun cara kamu sekarang, yang terpenting Saya tunggu di stasiun, atau ya kita sama sama naik kereta

Saya akan selalu berdoa dalam tiap nafas, untuk bisa ketemu kamu di sana

Apa yang harus kamu miliki saat usia kepala 3


Kalau Sudah Menginjak Usia Kepala 3, Mestinya Sudah Memiliki 8 Hal Ini
 
Sudah menginjak usia kepala 3? Itu berarti sudah saatnya bagi kamu ‘say goodbye’ untuk pemborosan yang gak jelas.

Gak ada lagi mengiyakan semua ajakan untuk party dan nongkrong. Bukan berarti kamu gak boleh menyenangkan diri sendiri. Semua orang emang butuh piknik sih. Tapi, sekarang sudah harus lebih selektif, mana yang harus ditolak dan mana yang di-iyakan.

Emangnya mau hidup bebas terus tanpa arah? Waktu berjalan terus loh!

Emang sih sebenarnya saat kamu usia kepala 2 pun harus sudah mulai tuh membangun kebiasaan-kebiasaan baik terutama dalam hal keuangan. Tapi yah, gak pernah ada kata terlambat.
 
Apa saja sih 8 hal yang mestinya sudah kita miliki saat menginjak usia kepala 3?

Sebelum membahas ke 8 hal tersebut, yang urutan ke 0 nya adalah kamu harus mempunyai tabungan untuk akhirat nanti, mulai banyak berbuat kebaikan, beramal ke orang orang yang bener bener membutuhkan dan yang pasti tidak meninggalkan ajaran agama yang kamu yakini. (nwl)
 
1. Sudah Mandiri Finansial

Saat usia 30-an, idealnya kamu sudah mapan dalam pekerjaan yang kamu geluti sekarang. Bukan cuma jadi pekerja kantor dengan level manajer loh ya, tapi termasuk juga menjadi pelaku wirausaha yang sukses.

Mandiri finansial artinya kamu sudah gak bergantung lagi sama orang lain, misalnya sama orangtua. Syukur-syukur kalau kamu malah sudah bisa balas budi ke orangtua.

Nah, apalagi jika kamu sudah memiliki keluarga. Selain dari penghasilan tetap, gak ada salahnya menambah sumber penghasilan. Tuntutan kehidupan bakal sangat menuntut perekonomian yang mapan ke depannya. Kamu gak bisa bersantai-santai lagi dalam hal memenuhi pundi-pundi mu di usia 30-an.

2. Punya Kebiasaan Mengelola Uang yang Baik

Punya penghasilan besar akan jadi sia-sia jika gak disertai dengan kemampuan mengelola dengan baik. Cara atau gaya menggunakan uang yang kita punya sangat penting di usia kepala 3.

Kita sudah harus bisa mengalokasikan penghasilan setiap bulan dengan tepat. Misalnya saja, 40% untuk makan serta kebutuhan sehari-hari, 20% buat membayar tagihan atau cicilan, 10% untuk tabungan, 10% untuk hiburan atau liburan, dan seterusnya.

Kalau sudah ada alokasi yang jelas, alur keuangan kita jadi semakin jelas. Kita juga jadi punya target. Penghasilan segini, ya pengeluaran harus dicukup-cukupin.

Kalau udah gitu, gak ada lagi komplain duit gak cukup. Atau, ngerengek-rengek gaji habis sebelum akhir bulan.

Jangan cuma getol ngeluarin duit dong, nabung juga penting kalo gak mau amsyong!

3. Memiliki Tabungan dan Dana Darurat

Di usia 30-an sudah gak boleh deh tuh yang namanya tepok jidat atau elus dada karena sama sekali gak punya yang namanya tabungan atau dana darurat. Jangan sampai perjuangan bekerja sejak usia 20-an jadi sia-sia belaka. Cuma dapet capek dan stres doang.

Ingat ya guys, menabung itu prinsipnya adalah menyisihkan di awal, tapi yang sering kejadian malah mengais-ais sisa gaji di akhir bulan buat ditabung. Wah bisa kacau. Berarti kalau gak ada sisa, ya gak nabung dong.

Mengetahui besaran yang harus kita tabung setiap bulannya itu penting. Tapi yang terpenting adalah niat dan tujuan kita menabung. Percuma dong alokasi tabungan besar, tapi ujung-ujungnya ludes di tengah jalan karena gak punya tujuan.

 
4. Gak Punya Banyak Utang

Ada ungkapan bahwa utang itu bikin semangat cari uang ya. Gak salah-salah amat sih, tapi jangan juga jadi kebablasan dan salah pengertian. Kalau hidup dengan utang yang kelewat besar apa iya gak bikin stres?

Utang itu bukan sesuatu yang negatif, selama kamu disiplin dalam membayar. Pebisnis sukses aja banyak yang memulai usahanya dengan bantuan utang. Nah, kalau kamu punya utang tapi gak punya kesadaran untuk melunasi, apa gak jadi masalah tuh, alias utang makin membesar?

Kalau kayak gitu akhirnya penghasilan cuma numpang lewat saja karena harus habis untuk bayar utang. Sudah bukan saatnya pusing dan bingung karena setiap bulan sport jantung dengan pengeluaran untuk utang.

Ingat, masih banyak hal yang harus kamu prioritaskan di usia kepala 3. Proporsi utang yang sehat itu gak lebih dari 30% penghasilan kita.

Punya utang ya harus dibayar lah, emangnya uang turun dari langit! 

5. Punya Properti Pribadi

Kemampuan dan penghasilan masing-masing orang memang berbeda ya, gak bisa disamakan atau dipaksa untuk sama. Tapi, di usia kepala 3 sih mestinya kamu sudah bisa membeli properti sendiri.

Bagi yang sudah sanggup bayar lunas, selamat ya! Tapi bagi yang belum punya uang sebanyak itu, balik lagi ke poin 4 di atas, utang gak ada salahnya. Kamu bisa mulai nyicil rumah tipe kecil dan sederhana saja.

Pasti tahu kan betapa tinggi harga properti, dan makin tahun selalu naik pesat. Mulai cari tahu deh gimana strategi untuk bisa mulai memiliki rumah atau apartemen idaman sebelum harganya naik lebih gak terjangkau lagi nantinya.

6. Punya Investasi

Investasi, ini nih elemen penting keuangan yang sering terlupakan karena biasanya orang hanya fokus pada tabungan. Investasi itu bermacam-macam bentuknya. Bisa reksa dana, emas atau saham. Tapi di umur 30-an, mustinya udah punya setidaknya satu jenis investasi.

Kalau kamu udah ngelakuin yang disebut di poin 5 di atas, properti juga masuk kategori investasi. Kalau emang alokasi penghasilanmu cuma cukup buat investasi properti, ya gak papa.

Alokasi buat investasi nggak perlu besar-besar banget sebenarnya, yang masuk akal aja. Menyisihkan 10% dari penghasilan bulanan buat investasi juga sudah cukup. Intinya, jangan menyia-nyiakan waktu dengan menunggu atau menunda nanti malah menyesal.

7. Memiliki Asuransi

Manusia hidup bukan tanpa musibah. Bentuknya bisa sakit, cedera, kemalingan, kebakaran, dan lain-lain. Gak ada satupun dari kita yang tahu akan hari esok. Setuju toh?

Asuransi itu fungsinya adalah meminimalisir risiko yang terjadi saat musibah datang. Bukan untuk menghindari musibah loh ya.

Musibah yang berkaitan dengan kesehatan atau jiwa, misalnya. Memang sih saat ini pemerintah sudah menyediakan fasilitas lewat BPJS. Tapi apakah cukup? Kalau memang punya dana lebih, kenapa gak nambahin proteksi diri dan orang-orang yang dicintai?

Apalagi kalau kamu adalah tulang punggung keluarga. Fungsi asuransi ini bakal sangat berguna jika suatu saat kepala keluarga mengalami musibah. Keluarga adalah pihak yang akan ngerasain dampaknya.

Ada juga musibah yang berkaitan dengan harta, misalnya kebakaran rumah. Kalau gak ada asuransi, bukan cuma hangus barang-barang, tapi bisa juga menghanguskan tabungan yang sudah dikumpulkan dengan susah payah. Lebih parah lagi, kalau sampai harus nambah utang karena terkena musibah.

Jauhkan pikiran untuk meminta belas kasihan dan pengertian orang saat terkena musibah. Itu namanya bergantung pada orang lain. Balik lagi ke poin pertama di atas, artinya kamu belum mandiri finansial!

Proteksi itu penting, kita gak pernah tahu hari esok. Sayangi diri sendiri juga dong, jangan cuma sayang pacar

8. Mulai Membuat Dana Pensiun

Semua manusia pasti ingin punya usia yang panjang dan sehat terus agar bisa tetap produktif menghasilkan uang. Tapi saat menginjak usia 30-an, kamu sudah harus serius mikirin dana pensiun. Jangan terlena dengan berpikir pensiun masih sangat jauh dan lama.

Justru mustinya bermimpi untuk pensiun dini dong. Gak perlu nunggu fisik melemah karena usia makin tua. Kalau bisa lebih cepat menikmati hidup tanpa perlu bekerja lagi, kenapa enggak?

But oke, sekarang kita bicara realitas dulu. Semakin lama kamu menunda untuk memiliki dana pensiun, nilainya bakalan makin kecil. Jangan kebiasaan menunda kayak maskapai penerbangan yang suka delay ya.

Siapa sih yang gak pengin menikmati masa tua yang tenang, nyaman dan jauh dari rasa khawatir akan keuangan. Saat ini sudah banyak bank dan lembaga keuangan yang nawarin produk-produk investasi khusus untuk persiapan dana pensiun.

Waktu gak akan bisa kita putar kembali, jadi jangan sampai menyesal di kemudian hari. Lakukan apa yang bisa kita lakukan di masa sekarang, saat fisik masih sehat, kuat serta produktif.

Seluruh kehidupan kita memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa ya. Tapi gunakan dong akal dan budi yang dianugerahkan Sang Pencipta kepada kita untuk merencanakan hidup yang lebih baik.

Gak hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk keluarga, teman-teman dan sekitar. Kuncinya adalah niat, tekad dan komitmen yang kuat.

Jangan mentang-mentang usia masih awal 30-an lalu kamu berpikir ‘ah masih lama kok.’ Lakuin dari sekarang.

Masa depan milik Tuhan, tapi bukan berarti kita bermalas-malasan tanpa arah hidup ya

Nah, mulai lah berjuang untuk bisa memiliki 8 hal di atas dari sekarang. Stop mencari alasan apalagi bermalas-malasan agar kamu punya hidup yang berkualitas.

 
Sebagian diambil dari : blog.duitpintar.com

Ancaman Wahabi bagi keberagaman di Indonesia

 Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menilai bahwa pola pikir Islam Timur Tengah tidak cocok dan sesuai dengan budaya Nusantara, namun banyak ormas Islam transnasional yang ingin menerapkan pikiran-pikiran Islam Timur Tengah di bumi Nusantara.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kiai Said saat memberikan sambutan dalam acara seminar “Keberagaman Beragama, Gerakan Takfir dan Deradikalisasi sebagai Tantangan Kerukunan Umat Beragama” yang diselenggarakan oleh International Center for Islam and Pluralism ((ICIP) bekerja sama dengan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) dan Kedutaan Kanada di Lantai 8 kantor PBNU (22/2).

“Pikiran Timur Tengah itu tidak cocok dengan Nusantara, maka itu harus kita tolak,” tegas Kiai Said.

Kiai Said menuturkan bahwa gerakan radikal masuk ke Nusantara pertama kalinya diawali oleh Imam Bonjol dengan pasukan Padrinya. Meski Imam Bonjol beraliran Wahabi, ia tidak mencampuri urusan domestik seperti mengkafirkan dan membid’ah-bid’ahkan umat Islam lainnya. Ia lebih mengarahkan perlawanannya untuk menghadapi kolonial. Gerakan Wahabi semakin mencuat dan berkembang setelah era reformasi di mana komunikasi, teknologi informasi, dan transportasi berkembang sangat pesat.

“Wahabi bukan teroris, Wahabi antiteror. Tapi ajarannya sedikit lagi menjadi teroris. Sedikit-sedikit sesat,dlolal, neraka, murtad. Orang seperti itu sedikit lagi, tinggal tunggu kesempatan atau kemampuan atau keberanian, bisa jadi teroris,” papar Pengasuh Pesantren As-Tsaqofah tersebut.

Ada beberapa bukti yang disampaikan Kiai Said terkait eratnya hubungan antara Wahabi dan terorisme, di antaranya adalah pelaku pengebomam Masjid Polres Cirebon (Syarifuddin), pengebom Hotel Ritz Carlton (Syaifuddin), dan pengebom gereja Bethel di Solo (Ahmad Yusuf). Mereka bertiga adalah alumni Pesantren Assunnah Cirebon di bawah asuhan Kiai Salim Bajri.

Dijelaskannya, saat ini Wahabi menjamur di mana-mana dan memiliki yayasan-yayasan untuk melakukan kaderisasi, diantaranya adalah Yayasan As-Sofwah di Lenteng Agung, Yayasan Al Faruq Jember, Yayasan Al Fitroh Surabaya, Yayasan Umar bin Khattab di Mataram, Yayasan Ulil Albab di Bandar Lampung dan lainnya. Menurut Kiai Said, yayasan tersebut menerima dana dari orang-orang Arab Saudi yang diorganisir dan dikumpulkan jadi satu, bukan dari pemerintahan Arab Saudi.

Dengan masifnya perkembangan gerakan-gerakan Islam yang berlandaskan asas radikalisme. Kiai Said mengajak umat Islam di Indonesia untuk terus menerapkan Islam yang rahmatal lil ‘alamin.

Apa itu pondok pesantren

Saya akan coba menyajikan penjelasan mengenai Pondok Pesantren, yang terkadang orang awam masih memiliki stigma negatif bahwa pesantren adalah tempat pembibitan teroris. Sepengetahuan penulis, pesantren adalah lembaga pendidikan yang berbasis pemondokan, dimana semua murid yang biasa disebut santri harus mengikuti semua aturan pemondokan mulai habis subun sampai kembali tidur kembali. Seperti lembaga pendidikan lainnya, pesantren punya kurikulum yang dipadukan antara ngaji kitab kuning dan sekolah biasa, bedanya hanya santri harus menetap di pondok selama masa pendidikan. Tidak ada ajaran yang berbau "teroris" di dalam pesantren, karena murni yang diajarkan hanya ilmu untuk mendekatkan diri sama sang pencipta dan ilmu umum yang biasa ada di sekolah umum. Biasanya santri akan sekolah di pagi hari, setelah sekolah umum akan dilanjutkan kegiatan kegiatan lain yang berbasis agama.

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam terbaik, terpopuler, terkenal dan paling berpengaruh yang berdiri sejak lama di Indonesia. Bahkan sebelum lembaga pendidikan modern lain ada. Yakni sejak masuknya Islam ke tanah Indonesia yang dibawa oleh para pedagang muslim, da'i, mubaligh dan para wali dari luar negeri. 

Konon pesantren pertama didirikan oleh salah satu walisongo. Tidak semua pesantren tua masih eksis pada saat ini. Ada yang sudah tutup karena tidak ada penerusnya, tapi ada juga yang masih eksis, populer dan besar sampai saat ini. Namun tidak sedikit pesantren baru yang mengalahkan pesantren lama karena adanya inovasi dan terobosan dalam segi manajemen dan sistem pembelajaran. 

DAFTAR ISI 10 PESANTREN TERBAIK
1. Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan
2. Pondok Pesantren Langitan Tuban
3. Pondok Modern Gontor Pondorogo
4. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
5. Pondok Pesantren Al-Khairaat Palu
6. Pondok Pesantren Banyuanyar Madura
7. Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo
8. Pondok Pesantren Musthofawiyah Sumut
9. Pondok Pesantren Buntet Cirebon
10. Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang 

1. PONDOK PESANTREN SIDOGIRI PASURUAN
Ponpes Sidogiri menempati urutan pertama sebagai pesantren terbaik, terpopuler dan paling berpengaruh karena banyak hal: a) Ia pesantren tertua di Indonesia yang bukan hanya masih eksis tapi terus berkembang; b) Tetap berani mempertahankan sistem pendidikan salaf alias murni mengkaji ilmu agama dan pada waktu yang sama tetap dapat memertahankan jumlah santri yang mencapai puluhan ribu (putra dan putri); c) Dikenal sebagai satu-satunya pesantren yang berhasil mandiri dalam bidang finansial berkat berbagai usaha bisnisnya yang sangat sukses mulai dari lembaga keuangan yang bernama BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) yang memiliki banyak cabang, waralaba minimarket (mart) dengan nama Koperasi Sidogiri, dan banyak usaha-usaha lain. 

Komitmen Ponpes Sidogiri yang berdiri pada 1718 untuk tetap mempertahankan sistem madrasah diniyah sampai tingkat ma'had ali (setingkat universitas) yang bernama Tarbiyatul Mu'allimin dan pengiriman guru tugas ke berbagai penjuru nusantara dan luasnya jaringan alumninya menjadi faktor-faktor penting yang membuat Ponpes Sidogiri menjadi pilihan mudah sebagai pesantren terbaik, tertua dan paling berpengaruh di Indonesia. Lebih detail: Pondok Pesantren Sidogiri 

2. PONDOK PESANTREN LANGITAN TUBAN
Ponpes Langitan yang berdiri pada tahun 1852 merupakan pesantren yang berpengaruh di kawasan Surabaya ke barat yaitu sepanjang kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Cepu. Figur kharismatik salah satu pengasuhnya yaitu KH Abdullah Faqih di kancah politik nasional juga menambah dikenalnya nama pesantren ini. 

Ponpes Langitan patut mendapat respek karena kemampuannya untuk tetap eksis bahkan tumbuh dan berkembang tanpa harus merubah sistem pendidikannya yang menganut sistem salaf. 

3. PONDOK MODERN GONTOR
Pondok Modern Gontor adalah pelopor dan inovator dari pesantren modern yang diilhami oleh antara lain modernisasi pendidikan Islam yang dilakukan oleh Sir Syed Ahmad Khan founder Aligarh Muslim University di India. Perubahan dari Ponpes Darussalam Gontor yang salaf menjadi modern membuat pesantren ini menjadi insstitusi pendidikan Islam yang menjadi tempat belajar masyarakat perkotaan yang dulunya enggan mondok pesantren. 

Ciri khas dari pesantren modern ala Gontor antara lain kedisiplinan yang tinggi, kemampuan dan pembiasaan bahasa Arab dan Inggris dengan menjadikannya sebagai bahasa sehari-hari, dan kerapian pakaian dengan selalu bercelana dan berdasi saat sekolah, dll. 

Gontor juga menjadi pelopor dari pesantren yang mengenakan biaya tinggi dan mahal pada santri. Suatu hal baru yang tidak lazim dilakukan pesantren khususnya di pesantrne salaf. Namun wali santri yang kelas menengah rela merogoh koceh lebih dalam asal sesuai dengan kualitas yang ditawarkan. Sekaligus ini menjadi kritik pada pesantren Modern khususnya dari kalangan rakyat miskin yang tidak mampu membayar mahal untuk pendidikan anak-anaknya. 

Nilai minus lain dari sistem modern adalah kurangnya kemampuan santrinya pada penguasaan literatur Islam klasik yang dikenal dengan kitab kuning atau kitab gundul. Di samping itu, etika sopan santun relatif berbeda dengan santri di pesantren salaf. 

Namun secara keseluruhan, sistem yang diterapkan Pondok Modern Gontor berjalan dengan sangat sukses. Dan setiap kesukesan selalu menciptakan tren baru. Saat ini banyak pesantren yang menyebut dirinya "modern" memfoto-copy apa yang dilakukan Gontor dengan beberapa modifikasi. 

4. PONDOK PESANTREN TEBUIRENG JOMBANG
Pesantren Tebuireng dikenal karena figur pendirinya sosok ulama kharismatik pencetus organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926 yaitu Kyai Hasyim Asy'ari yang putranya-KH Wahid Hasyim-- menjadi Menteri Agama pertama Republik Indonesia sedang cucunya yang bernama KH Abdurrahman "Gus Dur" Wahid menjadi presiden keempat RI dan yang pertama berasal dari kalangan santri. 

Dari sisi sistem pendidikan, Ponpes Tebuireng tidak menganut suatu sistem yang inovatif seperti layaknya Gontor atau mempertahankan sistem salaf seperti Langitan atau Sidogiri. Ponpes Tebuireng cenderung agak stagnan mungkin karena figur pimpinannya lebih sering berada di Jakarta daripada di Jombang. Namun demikian, Pondok Tebuireng tetap eksis dengan sistem pendidikan akomodatif yaitu pendidikan formal dan sedikit pendidikan diniyah. Lebih detail: Pondok Pesantren Tebuireng. 

5. PONDOK PESANTREN AL-KHAIRAAT PALU
Pesantren Al-Khairaat merupakan pesantren terpopuler dan paling berpengaruh di luar Jawa khususnya di Sulawesi dan Indonesia Timur. Dan pesantren besar pertama yang didirikan dan diasuh oleh seorang habaib. 

Pesantren Al-Khairaat memiliki banyak cabang di berbagai daerah di kawasan Indonesia Timur. Apabila ditotal jumlah santri seluruhnya mencapai puluhan ribu.

6. PONDOK PESANTREN DARUL ULUM BANYUANYAR MADURA
LPI Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Madura -- atau lebih dikenal dengan Pondok Banyuanyar-- adalah termasuk dari 5 (lima) pesantren tertua di Indonesia. Didirikan pada 1787 oleh Kyai Itsbat, pesantren ini berkembang dengan pesat sampai sekarang. 

Di Madura khususnya kabupaten Pameksan, pesantren Banyuanyar memiliki pengaruh yang tidak kecil. Sistem pendidikan di pesantren ini menganut sistem kombinasi salaf dan modern. Penguasaan kitab kuning tetap dipelihara dan pendidikan formal yang sesuai kurikulum pemerintah juga diadakan untuk memenuhi tantangan dan tuntutan zaman. Oleh karena itu, tidak heran banyak alumni pesantren ini yang sudah memjadi tokoh berpengaruh. 

7. PONDOK PESANTREN NURUL JADID PROBOLINGGO
Ponpes Nurul Jadid Paiton dapat dikatakan sebagai pesantren paling lengkap sarana pendidikan formalnya selain pendidikan agama. Pesantren ini memiliki lembaga pendidikan dari yang paling bawah seperti TK, SLTP (MTS, SMP), SLTA (SMA, MA, SMK) sampai perguruan tinggi dengan berbagai jurusan baik agama (STAINJ) maupun sains seperti teknologi informasi (STT Nurul Jadid) dan kesehatan (STIKES). 

Selain itu, madrasah diniyah, ma'had aly dan tahfidz Al-Quran juga tersedia di pesantren ini sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak mengirimkan putranya ke pesantren dengan alasan ketiadaan jurusan yang dicari. Lebih detail: Ponpes Nurul Jadid Paiton 

8. PONDOK PESANTREN MUSTHOFAWIYAH SUMUT
Pesantren tertua di Sumatera Utara ini merupakan pesantren paling populer dan terbaik di daerah Sumut dan juga tertua (berdiri tahun 1912). Alumninya sudah banyak yang menjadi tokoh lokal dan nasional. Tidak sedikit yang melanjutkan studi ke luar negeri baik di kawasan Timur Tengah maupun Barat. 

Pesantren Purba Baru, begitu pesantren ini biasa dikenal, adalah pesantren kombinasi antara sistem modern dan salaf. Modern karena adanya sistem pendidikan formal dan salaf karena juga mengajarkan kitab kuning. Lebih detail: Pesantren Musthowaiyah Purba Baru. 

9. PONDOK PESANTREN BUNTET CIREBON
Pondok Pesantren yang sangat terkenal di kawasan Jawa Barat dan termasuk salah satu pesantren tertua (berdiri sejak tahun 1785) di Indonesia. 

Pesantren ini menjadi cikal bakal pesantren lain di provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Banyak dari pengasuh pesantren di ketiga kawasan tersebut merupakan alumni dari Pesantren Buntet. Dengan demikian, pesantren ini patut disebut sebagai salah satu pesantren paling berpengaruh. Sistem pendidikan menganut kombinasi antara salaf dan modern. Lebih detail: Pondok Pesantren Buntet Cirebon 

10. PONDOK PESANTREN AL-KHOIROT MALANG
Ponpes Al-Khoirot Malang termasuk yang relatif muda (berdiri tahun 1963) apabila dibandingkan dengan pesantren lain yang masuk 10 besar pesantren terbaik. Yang membedakan pesantren ini dari pesantren lain adalah kemampuannya dalam memadukan sejumlah sistem pendidikan dalam satu paket pendidikan yang holistik untuk semua santri. Tak heran, pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar saat ini pun termasuk salah satu alumni Ponpes Al-Khoirot. 

Sistem pendidikan yang dianut di pesantren Al-Khoirot adalah kombinasi dari 4 (empat) jenis pola yaitu pendidikan formal, pendidikan madin (madrasah diniyah) yang 100% agama, bahasa Arab modern dan kajian kitab kuning tingkat advanced (pendalaman). Keempat aktifitas pendidikan ini merupakan kegiatan utama yang harus diikuti oleh semua santri. Sehingga santri tidak hanya memiliki bekal ijazah formal tapi juga menguasai kitab kuning dan lancar berbahasa Arab. Selain itu, ada program tambahan seperti tahfidzul Quran (menghafal Quran), yang merupakan program pilihan dan Ma'had Aly . 

Bagi santri tingkat advanced, program Ma'had Aly menjadi program khusus yang bertujuan untuk penguasaan santri atas sistem pengambilan hukum (istinbat al-hukm). 

Yang tak kalah penting dari itu semua adalah Konsultasi Agama Islam secara online melalui internet. Layanan gratis ini dibimbing oleh Dewan Pengasuh Ponpes Al-Khoirot sendiri. Konsultasi agama ini mendapat sambutan luas masyarakat muslim baik di Indonesia maupun di luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Ustadz Modern vs Kyai Kampung


Ada seorang Ustadz Modern (UM) yang gerah melihat amalan warga kampung yang dipimpin seorang Kyai Kampung (KK)

Akhirnya Ustadz Modern mendatangi Kyai Kampung. Setelah ucapkan salam, maka terjadilah dialog:

UM: Sudahlah Kyai tinggalkan kitab-kitab kuning (turats) itu, karena itu hanya karangan ulama kok. Kembali saja kepada al-Quran dan Hadits ”

Mendapat pertanyaan, Kyai Kampung tak langsung mereaksi. Sang KK mendengarkan dengan penuh perhatian dan tak langsung menanggapi.

Malah KK itu menyuruh anaknya mengambil termos berisi kopi dan gelas. Kemudian mempersilahkan minum.

Tamu itupun menuangkan kopi ke dalam gelas.

Lalu KK bertanya dengan santainya: “Kok tidak langsung diminum dari termos saja. Mengapa dituang ke gelas dulu?”

Kemudian UM menjawab: ” Ya... ini agar lebih mudah minumnya too kyai..!

Akhirnya KK memberi penjelasan: ” Itulah jawabannya, mengapa kami tidak langsung mengambil dari al-Quran dan Hadits. Kami menggunakan kitab-kitab kuning yang mu’tabar, ibarat gelasnya, karena kami mengetahui bahwa kitab-kitab mu’tabarah itupun diambil dari al-Quran dan Hadits, ibarat termosnya, sehingga kami yang awam ini lebih mudah mengamalkan wahyu, sebagaimana apa yang engkau lakukan saat minum kopi dengan menggunakan gelas, agar lebih mudah minum kopinya, bukankah begitu ? ”

Adem banget lihat kedua tokoh ini


Dari kiri ke kanan (Selain Gus Mus dan Quraish Sihab), Dr. Alwi Shihab, Najwa Shihab, Lenas Tsuroiya, Ibu Siti Fatima (istri Gus Mus), Ibu Quraish Shihab, Eqtada Bil Hadi Muhammad, Muhammad  Bisri Mustofa, Ibu Ana Muzammil, KH. Dr. Muzammil Basyuni

Foto di atas adalah undangan Prof Dr Quaraish Shihab ke Gus Mus dikediaman Prof. Dr. Quraish Shihab.

Siapa yang tidak kenal dengan Gus Mus dan Quraish Shihab, melihat foto di atas, betapa adem nya negeri ini kalau sesama Ulama, Kiai bisa saling bersilaturrahim satu dengan lain nya, meskipun banyak isu yang meyebutkan bahwa Quraish Shihab adalah penganut Syi'ah, meskipun belum tentu kebenarannya. Selain itu Quraish Shihab juga tidak mewajibkan anak anak nya untuk memakai hijab, seperti dilihat dalam setiap acara di Metro TV, Najwa Shihab tidak pernah memakai hijab.

Sudah seyogya nya, negeri ini dihiasi dengan kedamaian, walaupun ada perbedaan pandangan, keyakinan bahkan agama, tetapi tetap tidak menjadi hambatan dalam berbangsa dan bernegara.

Berikut adalah sedikit biografi dari kedua tokoh.

1. Ahmad Mustofa Bisri

Lebih sering dipanggil dengan Gus Mus (lahir diRembangJawa Tengah10 Agustus 1944; umur 71 tahun) adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Ia adalah salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini.

Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.

2. Quraish Shihab

Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rappang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Ia berasal dari keluarga keturunan Arab Quraisy - Bugis yang terpelajar. Ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972–1977.

Sebagai seorang yang berpikiran progresif, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan. Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami’atul Khair, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid yang belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan pemikiran Islam. Hal ini terjadi karena lembaga ini memiliki hubungan yang erat dengan sumber-sumber pembaruan di Timur Tengah seperti Hadramaut, Haramaian dan Mesir. Banyak guru-guru yang di¬datangkarn ke lembaga tersebut, di antaranya Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan, Afrika. Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama setelah magrib. Pada saat-saat seperti inilah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa ayat-ayat al-Qur'an. Quraish kecil telah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap al-Qur’an sejak umur 6-7 tahun. Ia harus mengikuti pengajian al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain menyuruh membaca al-Qur’an, ayahnya juga menguraikan secara sepintas kisah-kisah dalam al-Qur’an. Di sinilah, benih-benih kecintaannya kepada al-Qur’an mulai tumbuh.

Pendidikan formalnya di Makassar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas 2 SMP. Pada tahun 1956, ia di kirim ke kota Malang untuk “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah. Karena ketekunannya belajar di pesantren, 2 tahun berikutnya ia sudah mahir berbahasa arab. Melihat bakat bahasa arab yg dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislamannya, Quraish beserta adiknya Alwi Shihab dikirim oleh ayahnya ke al-Azhar Cairo melalui beasiswa dari Propinsi Sulawesi, pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua I'dadiyah Al Azhar (setingkat SMP/Tsanawiyah di Indonesia) sampai menyelasaikan tsanawiyah Al Azhar. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC. Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari Segi Hukum)”. Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Makassar oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan sampai tahun 1980. Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Di celah-celah kesibukannya ia masih sempat merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).

Untuk mewujudkan cita-citanya, ia mendalami studi tafsir, pada 1980 Quraish Shihab kembali menuntut ilmu ke almamaternya, al-Azhar Cairo, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur'an. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk meraih gelar doktor dalam bidang ini. Disertasinya yang berjudul “Nazm ad-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan analisis terhadap keotentikan Kitab Nazm ad-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat dengan predikat penghargaan Mumtaz Ma’a Martabah asy-Syaraf al-Ula (summa cum laude).

Pendidikan Tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar, Cairo ini, oleh Howard M. Federspiel dianggap sebagai seorang yang unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Mengenai hal ini ia mengatakan sebagai berikut: "Ketika meneliti bio¬grafinya, saya menemukan bahwa ia berasal dari Sulawesi Selatan, terdidik di pesantren, dan menerima pendidikan ting¬ginya di Mesir pada Universitas Al-Azhar, di mana ia mene¬rima gelar M.A dan Ph.D-nya. Ini menjadikan ia terdidik lebih baik dibandingkan dengan hampir semua pengarang lainnya yang terdapat dalam Popular Indonesian Literature of the Quran, dan lebih dari itu, tingkat pendidikan tingginya di Timur Tengah seperti itu menjadikan ia unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Dia juga mempunyai karier mengajar yang penting di IAIN Makassar dan Jakarta dan kini, bahkan, ia menjabat sebagai rektor di IAIN Jakarta. Ini merupakan karier yang sangat menonjol".

Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN Makassar ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al-Quran di Program S1, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya menduduki jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan pada awal tahun 1998, hingga kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap negara Republik Djibouti berkedudukan di Kairo.

Kehadiran Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan suasana baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai aktivitas yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat. Di samping mengajar, ia juga dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan. Di antaranya adalah sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashhih Al-Qur'an Departemen Agama sejak 1989. Dia juga terlibat dalam beberapa organisasi profesional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), ketika organisasi ini didirikan. Selanjutnya ia juga tercatat sebagai Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aktivitas lainnya yang ia lakukan adalah sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian journal for Islamic Studies, Ulumul Qur 'an, Mimbar Ulama, dan Refleksi jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berada di Jakarta.

Di samping kegiatan tersebut di atas, M.Quraish Shihab juga dikenal sebagai penulis dan penceramah yang handal. Berdasar pada latar belakang keilmuan yang kokoh yang ia tempuh melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas, rasional, dan kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Kegiatan ceramah ini ia lakukan di sejumlah masjid bergengsi di Jakarta, seperti Masjid al-Tin, Sunda Kelapa dan Fathullah, di lingkungan pejabat pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di sejumlah stasiun televisi atau media elektronik, khususnya di.bulan Ramadhan. Beberapa stasiun televisi, seperti RCTI dan Metro TV mempunyai program khusus selama Ramadhan yang diasuh olehnya.

Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Qur'an di Indonesia, tetapi kemampuannya menerjemahkan dan meyampaikan pesan-pesan al-Qur'an dalam konteks kekinian dan masa post modern membuatnya lebih dikenal dan lebih unggul daripada pakar al-Qur'an lainnya. Dalam hal penafsiran, ia cenderung menekankan pentingnya penggunaan metode tafsir maudu’i (tematik), yaitu penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Qur'an yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut dan selanjutnya menarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok bahasan. Menurutnya, dengan metode ini dapat diungkapkan pendapat-pendapat al-Qur'an tentang berbagai masalah kehidupan, sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat al-Qur'an sejalan dengan perkembangan iptek dan kemajuan peradaban masyarakat.

Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu Ilahi secara kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam kehidupan nyata. Ia juga banyak memotivasi mahasiswanya, khususnya di tingkat pasca sarjana, agar berani menafsirkan al-Qur'an, tetapi dengan tetap berpegang ketat pada kaidah-kaidah tafsir yang sudah dipandang baku. Menurutnya, penafsiran terhadap al-Qur'an tidak akan pernah berakhir. Dari masa ke masa selalu saja muncul penafsiran baru sejalan dengan perkembangan ilmu dan tuntutan kemajuan. Meski begitu ia tetap mengingatkan perlunya sikap teliti dan ekstra hati-hati dalam menafsirkan al-Qur'an sehingga seseorang tidak mudah mengklaim suatu pendapat sebagai pendapat al-Qur'an. Bahkan, menurutnya adalah satu dosa besar bila seseorang mamaksakan pendapatnya atas nama al-Qur'an.

Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir yang pendidik. Keahliannya dalam bidang tafsir tersebut untuk diabdikan dalam bidang pendidikan. Kedudukannya sebagai Pembantu Rektor, Rektor, Menteri Agama, Ketua MUI, Staf Ahli Mendikbud, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan, menulis karya ilmiah, dan ceramah amat erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Dengan kata lain bahw ia adalah seorang ulama yang memanfaatkan keahliannya untuk mendidik umat. Hal ini ia lakukan pula melalui sikap dan kepribadiannya yang penuh dengan sikap dan sifatnya yang patut diteladani. Ia memiliki sifat-sifat sebagai guru atau pendidik yang patut diteladani. Penampilannya yang sederhana, tawadlu, sayang kepada semua orang, jujur, amanah, dan tegas dalam prinsip adalah merupakan bagian dari sikap yang seharusnya dimiliki seorang guru.

Nama Quraish Shihab masuk dalam daftar '500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia'. Dalam situs themuslim500.com namanya tertuang berkat jasa-jasanya dalam mengembangkan ilmu keislaman dalam beragam kegiatan. Karya dengan konteks yang aktual serta bahasa yang mudah dipahami, namanya melesat sebagai akademisi yang progresif mengembangkan ilmu al-Qur'an.

Apakah perayaan Maulid Nabi itu bid'ah?

Perayaan Maulid Nabi itu tujuannya memuji dan menyanjung Rasulullah SAW dengan harapan dapat selalu meneladani Nabi. Jika ilmunya belum sampai, niscaya seseorang akan membid’ahkan kegiatan tersebut.

“Kalau ngajinya belum tamat, pasti menyebutnya bid'ah,” tegas Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj saat ceramah agama di Pesantren Al-Mawaddah Jalan Sadar Raya No 34 Gudang Baru, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (8/1) malam.

Menurut Kiai Said, para sahabat Nabi berlomba membuat kumpulan pujian (madaih) kepada utusan Allah tersebut. Salah satunya, Ismail an-Nabhani yang memiliki karya empat jilid. “Dan ini tidak dilarang oleh Nabi. Artinya, ini merupakan sunnah taqririyah,” tandasnya.

Ka’b bin Zuhair, lanjut Kiai Said, juga memuji Rasulullah. Dengan gaya khasnya, kiai asal Cirebon ini lalu melantunkan beberapa bait syair besutan Ka’b bin Zuhair. “Artinya, engkau wahai Muhammad, bagaikan pedang made in India yang mampu memisahkan hak dan batil yang datang dari Quraisy,” ujarnya.

Doktor jebolan Universitas Ummul Quro Mekah ini beralasan, jika memang memuji Rasul dilarang, pasti Rasulullah sudah melakukannya. “Bahkan, Nabi memberi hadiah selimut lurik (burdah) kepada Ka’b. Nah, sejak saat itu qasidah-qasidah yang muncul disebut qasidah burdah,” ungkap Kiai Said.

Ketua LPOI ini juga menantang hadirin yang tidak percaya adanya selimut Nabi untuk melihatnya di Turki. “Yang nggak percaya, ayo datang ke Turki di museum Topkapi sebelah masjid Ayasofia. Di sana benda-benda peninggalan Rasulullah,” katanya.

Kiai Said bercerita, suatu ketika, ada suku Mudlar menghina Nabi Muhammad. Saking jengkelnya, Nabi pun akhirnya melaknat mereka paceklik tujuh tahun. Suku ini pun kemudian mengalami krisis pangan. Mereka terpaksa datang ke Madinah menemui Rasulullah di bawah pimpinan Labid bin Rabiah.

Nabi lalu bertanya kepada mereka. “Siapa dan dari mana kalian?” Mereka menjawab, “Kami dari suku Mudlar. Atainaka litarhamna (Kami datang menemui engkau agar merahmati kami), Kepada engkau Muhammad, kami minta syafaat.”

Lalu Nabi mendoakan mereka diberi hujan agar tanahnya kembali subur makmur. Sebelum mereka sampai di kampung halamannya, hujan pun turun. “Kalau ada yang tanya, sampeyan dari mana punya cerita-cerita begini? Kalau mau tau sejarah Nabi yang lengkap, baca Al Kamil 13 jilid,” ungkap Kiai Said.

Kiai Said mengimbau, jangan karena sudah membaca kitab Khulashah Nuril Yakin, lalu merasa sudah tahu sejarah Nabi. “Mereka yang suka membid’ahkan itu pasti hanya baca kitab tipis ini,” selorohnya disambut tepuk tangan dan tawa riang hadirin.

Guru besar Tasawuf UIN Sunan Ampel Surabaya ini lalu menandaskan, maulid bukan bid’ah, tapi sunnah taqririyah (legitimasi) dari Rasulullah. “Santri harus tegas menjawab kalau ada yang bilang bid’ah,” tandasnya. (Musthofa Asrori/Fathoni).

Sumber : nu.or.id

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A. atau sering dikenal Said Aqil Siroj (lahir di CirebonJawa BaratIndonesia3 Juli 1953; umur 62 tahun) adalah Ketua Umum (Tanfidziyah) Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama periode 2010-2020.

Bagaimana kalau sholat lupa akan rakaat?

Lupa merupakan sifat yang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia. Sifat ini sudah menempel semenjak manusia pertama berada di bumi ini. Bahkan, seorang Nabi pun tidak dapat menghindar dari kelupaan. Dalam sebuah riwayat Nabi SAW menyatakan, terkadang aku lupa supaya menjadi pelajaran bagi kalian (HR Malik).

Maksudnya, dengan lupanya Nabi SAW para sahabat bisa mengambil pelajaran dan tahu apa yang harus dilakukan ketika ingat atau sadar. Terutama kelupaan yang berkaitan dengan ibadah.

Di antara bentuk kealpaan yang sering terjadi ialah lupa rakaat shalat. Acap kali pikiran kita melayang dan mengkhayal entah ke mana sehingga shalat pun tidak fokus. Ketika kalimat salam terucap dari mulut sang Imam, barulah kita sadar bahwa kita sedang mengerjakan shalat. Parahnya, setelah salam dan diam sejenak baru kita menyadari ada satu atau dua rakaat yang tidak ditunaikan.

Apabila kondisi ini menimpa seseorang, ada beberapa hal yang dapat dilakukan berdasarkan penjelasan al-Qaffal dalam kitabnya Hilyatul Ulama fi Ma’rifatil Madzahibil Fuqaha. Berikut kutipannya:

وإن نسي ركعة من ركعات الصلاة وذكرها بعد السلام فإن لم يتطاول الفصل أتى بها وبنى على صلاته وإن تطاول الفصل استأنفها
وفي حد التطاول أوجه أحدها قال أبو إسحاق إن مضى قدر ركعة فهو تطاول وقد نص عليه الشافعي رحمه الله في البويطي والثاني أنه يرجع فيه إلى العرف والعادة فإن مضى ما يعد تطاولا استأنف وإن مضى ما لايعد تطاولا بنى والثالث قال أبو علي بن أبي هريرة إن مضى قدر الصلاة التى نسي فيها استأنف وإن كان دون ذلك بنى

Jika lupa sebagian raka’at shalat dan baru ingat setelah salam, kita boleh menambahkan rakaat yang dilupakan secara langsung bila selang waktunya tidak terlalu lama. Apabila jeda keduanya terlalu lama, kita wajib mengulang shalat secara keseluruhan. Ulama berbeda pendapat perihal seberapa lama selang waktunya. Menurut Abu Ishaq, jeda keduanya hanya kisaran durasi satu rakaat. Jika jedanya kurang dari durasi satu rakaat, dia boleh menambahkan bilangan rakaat yang terlupakan. Tetapi bila melebihi kadar satu rakaat shalat, ia diwajibkan mengulang shalat. Pendapat ini merupakan pandangan Imam asy-Syafi’i sebagaimana dikutip al-Buwaiti.

Pendapat kedua mengatakan, takaran jeda keduanya didasarkan pada kebiasaan atau tradisi masyarkat setempat. Bila menurut kebiasaan masyarakat, durasi jeda sudah terlalu lama, ia harus mengulang shalat. Tetapi jika durasi jedanya sebentar, ia hanya diwajibkan menambah raka‘at yang dilupakan.

Sementara menurut pendapat ketiga sebagaimana dikatakan Abu ‘Ali Ibnu Abu Hurairah, durasi jeda antara lupa dan menyempurnakan kekurangan raka’at diukur berdasarkan ukuran lamanya rakaat shalat yang dilupakan. Apabila jedanya kelewat lama, ia mesti mengulang dari awal. Kalau hanya sebentar, ia cukup menyempurnakan kekurangan raka’at yang terlupa.

Praktisnya, apabila kita mengerjakan shalat dzuhur, kemudian setelah salam baru ingat bahwa ada beberapa rakaat yang terlupa, kita diperbolehkan untuk langsung berdiri menyempurnakan rakaat yang tertinggal. Namun jika selang waktunya terlalu lama, kita diwajibkan untuk mengulang shalat dzuhur dari awal sebanyak empat rakaat. Terkait berapa lama selang waktunya, para ulama berbeda pendapat sebagaimana yang disebutkan di atas. Wallahu a‘lam. (Hengki Ferdiansyah)

Sumber :
http://www.wartaislami.com